Rembuk Stunting 2025 di Banyumas: Kolaborasi untuk Generasi Sehat
BANYUMAS – Acara Rembuk Stunting 2025 berlangsung hari ini di Pendopo Si Panji Purwokerto, dihadiri oleh Bupati Banyumas, jajaran pemerintah kabupaten, serta perangkat desa dari seluruh Kabupaten Banyumas. Acara ini bertujuan untuk mempercepat penurunan angka stunting di daerah ini dengan melibatkan berbagai pihak pada hari Selasa, (15/07/25).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Banyumas pada tahun 2024 berada di angka 19,6%. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata provinsi jawa tengah yang berada di angka 17,1%.
Dalam sambutannya, Bupati Banyumas menekankan pentingnya kolaborasi. Ia juga memberikan apresiasi kepada 5 desa yang telah menunjukkan komitmen dan capaian luar biasa dalam penanganan stunting diantaranya :
- Penurunan pertumbuhan jumlah dan prevelensi stunting tertinggi 2023-2024 untuk Desa Karanggayam Kecamatan Lumbir.
- Jumlah stunting terendah 2024 untuk Desa Kaliputih Kecamatan Purwojati.
- Penurunan prevelensi stunting tertinggi 2023-24 untuk Desa Karangjati Kecamatan Kemranjen.
- Inovasi stunting terbaik (Kampung bebas asap rokok) untuk Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok.
- Anggaran stunting terbesar 2024 dengan kinerja terbaik untuk Desa Dermaji Kecamatan Lumbir.
"Rembuk stunting ini adalah langkah strategis untuk membahas percepatan penurunan kasus stunting. Kami memiliki gerakan orang tua asuh cegah stunting yang memberikan dukungan kepada keluarga berisiko," ujar Bupati.
Materi pertama disampaikan oleh Pak Dedy Noerhasan selaku Kepala Bappeda Kabupaten Banyumas, yang membahas "Konvergensi Stunting Banyumas 2025". Ia menjelaskan bahwa penanganan stunting memerlukan strategi terintegrasi yang melibatkan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat.
"Kami harus fokus pada pencegahan anemia, pemenuhan nutrisi 1000 hari pertama kehidupan, dan pemantauan pertumbuhan," tegasnya.
Materi kedua disampaikan oleh Dr. Novita Sabjan, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, yang menjelaskan evaluasi dan strategi percepatan penurunan stunting.
"Target nasional adalah 14%, namun Banyumas masih berada di atas angka tersebut. Kami akan melakukan evaluasi bersama untuk mempercepat strategi yang telah dilaksanakan," ucapnya.
Dr. Novita Sabjan juga menyoroti pentingnya sosialisasi program kepedulian masyarakat untuk gerakan orang tua asuh cegah stunting. Kriteria untuk menentukan status stunting perlu dievaluasi dan distandarisasi agar semua pihak memahami kondisi ini dengan tepat.
Rangkaian acara dihadiri oleh sekitar 150 peserta, termasuk kepala OPD yang memberikan sambutan. Selain itu, acara ini juga mencakup penandatanganan berita acara sebagai komitmen bersama dalam penanganan stunting di Banyumas.
Dengan adanya Rembuk Stunting ini, harapannya adalah semua pihak dapat bersinergi demi mewujudkan generasi Banyumas yang lebih sehat dan bebas stunting.